Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, December 20, 2010

Slow Food, Nikmati Makan dengan Lambat dan Tenang

Gerakan Slow Food awalnya dicetuskan di Italia pada tahun 1986. Selanjutnya organisasinya didirikan pada tahun 1989 bersamaan dengan pembukaan gerai fast food McDonald’s di Roma, sebagai gerakan perlawanan terhadap globalisasi fast food.


Secara prinsip, Slow Food meminta kita kembali pada ritme alami. Dengan mencermati ritme alami, kita lebih mudah menemukan makna hidup dan bisa menikmati hidup.


Anda mungkin tidak sadar bahwa melakukan kegiatan memasak dengan tenang tanpa terburu-buru merupakan aktivitas relaksasi (meditation on moving), yang bisa membantu melepaskan kepenatan pikiran dan jiwa.


Sesuai lambang siput yang digunakan oleh organisasi ini, Slow Food bukan hanya menekankan pada kita untuk menikmati makanan secara lamban dan tenang, tetapi juga mengharap kita bisa memasak dengan tenang pula.


Dengan demikian, kita tidak lagi memerlukan bumbu instan maupun makanan instan dan fast food, karena semua hidangan kita masak dengan tenang dari bahan aslinya sebagaimana di alam. Kita bisa memasak dari bahan-bahan segar alami dan dengan cara alami seperti ibu dan nenek kita dulu melakukannya.



Gerakan makan dan memasak lamban ini akan menghindarkan sistem pertanian dari eksploitasi. Tanaman pangan dan pemeliharaan ternak tidak harus diproduksi secara terburu-buru untuk mengejar produksi. Tanaman buah, sayuran, dan bahan makanan lainnya, serta ternak dibiarkan tumbuh secara organik sesuai ritme alam, sehingga tidak lagi memerlukan pestisida, hormon, antiobiotik, dan obat-obatan sintetis. Dampaknya, keseimbangan alam akan terjaga, karena makhluk yang hidup di sekitar sistem pertanian tidak terbunuh.


Dengan menjauhi fast food dan membiasakan diri menyantap makanan sehat alami dengan ritme alami pula (lamban, tenang, dan tidak terburu-buru), gerakan Slow Food berharap akan bisa menyelamatkan warisan budaya makan yang autentik di seluruh dunia.


Meskipun kelihatannya sepele, tujuan ini ternyata tidak semata berkait dengan peningkatan taraf kesehatan penduduk. Selain itu, Slow Food juga berdampak panjang terhadap keselamatan lingkungan. Keutuhan benih tanaman pangan alami terjaga. Keragaman ternak/unggas lokal terpelihara. Sistem pertanian yang bersahabat terhadap alam serta kehidupan manusia dan hewan juga terselamatkan. Dan yang tak kalah penting, Slow Food memberi lahan subur warisan budaya makan lokal untuk berkembang kembali, sehingga bisa merekatkan cinta kasih dalam keluarga yang kini makin terkikis oleh gaya makan ala fast food.


Nah, bila Anda juga ingin menjadi bagian dari keluarga dunia yang sehat, Slow Food selayaknya menjadi keseharian Anda. Tak soal apa pun pilihan pola makan Anda – Food Combining, vegetarian, makrobiotik, mediteranian, okinawa, atau yang lain – yang terpenting dimasak dari bahan-bahan alami, dimasak secara alami, dan dinikmati dengan ritme alami pula (lamban, tenang, dan tidak terburu-buru). Mari kita mulai demi kesehatan.


Berikut ini adalah langkah nyata untuk mendapatkan hidup sehat menurut anjuran gerakan Slow Food.


1 . Utamakan bahan makanan segar.


Dapatkan makanan segar langsung dari petani atau berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan titik rantai distribusi terpendek makanan segar. Yang diperlukan tubuh kita adalah makanan segar yang baru dipanen atau belum lama dipanen. Anda tak akan menemukan sayuran hari sebelumnya dijual di pasar tradisional, karena tak ada lemari pendingin untuk menyimpan sayuran agar tetap segar. Bila membelinya di supermarket, sangat besar kemungkinan sayuran segar yang Anda beli dipanen beberapa hari atau bahkan seminggu sebelumnya, sehingga kandungan nutrisi dan energinya telah banyak menyusut.


2. Upayakan mendapatkan bahan makanan organik.


Pilih makanan organik dari produsen terpercaya yang telah disertifikasi dan mencantumkan alamatnya dengan jelas dalam kemasan. Bila harga makanan organik masih menjadi kendala, tengoklah makanan yang diperkirakan organik tetapi tidak dijual dengan label organik, sehingga harganya lebih miring. Bahan makanan tersebut umumnya dipanen dari tempat tinggi atau tersembunyi dan kurang populer dalam menu sehari-hari, sehingga petani tidak terdorong untuk memberinya pupuk sintetis, hormon, maupun pestisida. Contohnya duku, langsat, sirsak, lengkeng, manggis, alpukat, menteng, kedondong, kesemek, sawo, srikaya, daun melinjo, rebung, terubuk, kecipir, pucuk labu, pucuk pakis.


3. Lupakan bumbu instan dan MSG.


Kandungan food additives dalam bumbu instan sangat tidak menguntungkan bagi kesehatan, karena membebani organ pencernaan. Anda tak perlu MSG (monosodium gultamate) untuk menyedapkan masakan, karena MSG banyak terdapat dalam bumbu Asia dan sayuran tertentu, seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombai, daun bawang, seledri, jahe, merica, wijen/minyak wijen, wortel. Anda ingat resep membuat kaldu sayuran? Secara alami nenek moyang kita telah membuatnya dari bahan-bahan yang kaya MSG alami.


4. Bumbu instan segar dan alami.


Untuk menyiasati waktu, Anda tak perlu menggunakan bumbu instan kemasan. Bumbu instan alami bisa Anda siapkan sendiri sebagai stok bumbu segar. Bekukan bumbu dalam ice tray, sehingga Anda tinggal menggunakannya sesuai keperluan, tanpa repot harus mengupas dan mengulek dulu.

No comments:

Post a Comment