Gerakan Slow Food awalnya
dicetuskan di Italia pada tahun 1986. Selanjutnya organisasinya
didirikan pada tahun 1989 bersamaan dengan pembukaan gerai fast
food McDonald’s di Roma, sebagai gerakan perlawanan terhadap
globalisasi fast food.
Secara prinsip, Slow Food
meminta kita kembali pada ritme alami. Dengan mencermati ritme alami,
kita lebih mudah menemukan makna hidup dan bisa menikmati hidup.
Anda mungkin tidak sadar bahwa
melakukan kegiatan memasak dengan tenang tanpa terburu-buru merupakan
aktivitas relaksasi (meditation on moving), yang bisa membantu
melepaskan kepenatan pikiran dan jiwa.
Sesuai lambang siput yang digunakan
oleh organisasi ini, Slow Food bukan hanya menekankan pada
kita untuk menikmati makanan secara lamban dan tenang, tetapi juga
mengharap kita bisa memasak dengan tenang pula.
Dengan demikian, kita tidak lagi
memerlukan bumbu instan maupun makanan instan dan fast food,
karena semua hidangan kita masak dengan tenang dari bahan aslinya
sebagaimana di alam. Kita bisa memasak dari bahan-bahan segar alami
dan dengan cara alami seperti ibu dan nenek kita dulu melakukannya.
Gerakan makan dan memasak lamban ini
akan menghindarkan sistem pertanian dari eksploitasi. Tanaman pangan
dan pemeliharaan ternak tidak harus diproduksi secara terburu-buru
untuk mengejar produksi. Tanaman buah, sayuran, dan bahan makanan
lainnya, serta ternak dibiarkan tumbuh secara organik sesuai ritme
alam, sehingga tidak lagi memerlukan pestisida, hormon, antiobiotik,
dan obat-obatan sintetis. Dampaknya, keseimbangan alam akan terjaga,
karena makhluk yang hidup di sekitar sistem pertanian tidak terbunuh.
Dengan menjauhi fast food dan
membiasakan diri menyantap makanan sehat alami dengan ritme alami
pula (lamban, tenang, dan tidak terburu-buru), gerakan Slow Food
berharap akan bisa menyelamatkan warisan budaya makan yang autentik
di seluruh dunia.
Meskipun kelihatannya sepele, tujuan
ini ternyata tidak semata berkait dengan peningkatan taraf kesehatan
penduduk. Selain itu, Slow Food juga berdampak panjang
terhadap keselamatan lingkungan. Keutuhan benih tanaman pangan alami
terjaga. Keragaman ternak/unggas lokal terpelihara. Sistem pertanian
yang bersahabat terhadap alam serta kehidupan manusia dan hewan juga
terselamatkan. Dan yang tak kalah penting, Slow Food memberi
lahan subur warisan budaya makan lokal untuk berkembang kembali,
sehingga bisa merekatkan cinta kasih dalam keluarga yang kini makin
terkikis oleh gaya makan ala fast food.
Nah, bila Anda juga ingin menjadi
bagian dari keluarga dunia yang sehat, Slow Food selayaknya
menjadi keseharian Anda. Tak soal apa pun pilihan pola makan Anda –
Food Combining, vegetarian, makrobiotik, mediteranian,
okinawa, atau yang lain – yang terpenting dimasak dari bahan-bahan
alami, dimasak secara alami, dan dinikmati dengan ritme alami pula
(lamban, tenang, dan tidak terburu-buru). Mari kita mulai demi
kesehatan.
Berikut ini adalah langkah nyata untuk
mendapatkan hidup sehat menurut anjuran gerakan Slow Food.
1 . Utamakan bahan makanan segar.
Dapatkan makanan segar langsung dari
petani atau berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional
merupakan titik rantai distribusi terpendek makanan segar. Yang
diperlukan tubuh kita adalah makanan segar yang baru dipanen atau
belum lama dipanen. Anda tak akan menemukan sayuran hari sebelumnya
dijual di pasar tradisional, karena tak ada lemari pendingin untuk
menyimpan sayuran agar tetap segar. Bila membelinya di supermarket,
sangat besar kemungkinan sayuran segar yang Anda beli dipanen
beberapa hari atau bahkan seminggu sebelumnya, sehingga kandungan
nutrisi dan energinya telah banyak menyusut.
2. Upayakan mendapatkan bahan makanan
organik.
Pilih makanan organik dari produsen
terpercaya yang telah disertifikasi dan mencantumkan alamatnya dengan
jelas dalam kemasan. Bila harga makanan organik masih menjadi
kendala, tengoklah makanan yang diperkirakan organik tetapi tidak
dijual dengan label organik, sehingga harganya lebih miring. Bahan
makanan tersebut umumnya dipanen dari tempat tinggi atau tersembunyi
dan kurang populer dalam menu sehari-hari, sehingga petani tidak
terdorong untuk memberinya pupuk sintetis, hormon, maupun pestisida.
Contohnya duku, langsat, sirsak, lengkeng, manggis, alpukat, menteng,
kedondong, kesemek, sawo, srikaya, daun melinjo, rebung, terubuk,
kecipir, pucuk labu, pucuk pakis.
3. Lupakan bumbu instan dan MSG.
Kandungan food additives dalam
bumbu instan sangat tidak menguntungkan bagi kesehatan, karena
membebani organ pencernaan. Anda tak perlu MSG (monosodium gultamate)
untuk menyedapkan masakan, karena MSG banyak terdapat dalam bumbu
Asia dan sayuran tertentu, seperti bawang merah, bawang putih, bawang
bombai, daun bawang, seledri, jahe, merica, wijen/minyak wijen,
wortel. Anda ingat resep membuat kaldu sayuran? Secara alami nenek
moyang kita telah membuatnya dari bahan-bahan yang kaya MSG alami.
4. Bumbu instan segar dan alami.
Untuk menyiasati waktu, Anda tak perlu
menggunakan bumbu instan kemasan. Bumbu instan alami bisa Anda
siapkan sendiri sebagai stok bumbu segar. Bekukan bumbu dalam ice
tray, sehingga Anda tinggal menggunakannya sesuai keperluan,
tanpa repot harus mengupas dan mengulek dulu.
No comments:
Post a Comment